Modal Utama Untuk Meraih Kesuksesan Dalam Menggapai Impian

Modal Dasar Kesuksesan

 "Ketika Anda menentukan keputusan atau tujuan hidup, maka saat itulah nasib Anda sudah dicetak."

- Anthony Robbins -

Sebelum tenar seperti sekarang, Chow Yun Fat pernah bekerja sebagai pesuruh di Hotel Miramar, Hong Kong. Tugas hariannya adalah membantu para tamu membawakan koperkopernya, melayani tamu, mencuci mobil, dan pekerjaan kasar lainnya. Suatu hari, datanglah seorang tamu kehormatan dengan mengendarai mobil mewah. Chow Yun Fat diperintahkan untuk mencuci mobil itu. Seusai dia mencuci hingga bersih, mungkin karena tertarik ingin merasakan berada di dalam mobil yang sangat mahal itu, dia pun masuk dan menduduki kursinya. Tanpa disadarinya, pemiliknya melihat semua yang dilakukannya. Dia langsung menghampiri Chow Yun Fat dan melabraknya. Dengan kasar dan penuh kata-kata hinaan dia memarahi Chow Yun Fat habis-habisan di depan orang banyak.


Sebagai manusia biasa, tentu saja kejadian ini membuat Chow Yun Fat terluka. Dia ingin marah, tetapi dia menyadari hal ini juga kesalahannya. Akhirnya, dia bertekad untuk memampukan dirinya suatu waktu untuk bisa membeli banyak mobil mewah yang harganya lebih mahal daripada mobil tersebut. Tekadnya dipahat dalam-dalam di dalam hati dan kepalanya.

Untuk menggapai impiannya, Chow Yun Fat pun keluar dari hotel tempatnya bekerja. Dia mulai mengasah kembali bakat dan ketertarikannya di dunia akting. Lewat proses yang panjang dan tidak kenal kata menyerah, berkali-kali gagal dan berkali-kali pula setelah itu bangkit dan bangkit kembali, Akhirnya Chow Yun Fat pun menjadi aktor terkenal dunia. Bersamaan dengan itu, impiannya terkabul. Dia tidak hanya mampu membeli sebuah mobil mewah, tapi sekarang dia mampu untuk membeli banyak sekali mobil yang jauh lebih mewah dan lebih mahal ketimbang yang dulu.

Chow Yun Fat dulu bukanlah siapa-siapa, tetapi dengan cerdas dia mampu mengubah kemarahan yang dirasakannya itu menjadi nyala api positif, mampu membakar tekad dan semangatnya untuk meraih apa yang diimpikannya. 

Kisah Chow Yun Fat menjadi salah satu kisah yang bisa diambil hikmahnya bagi siapa pun yang ingin berhasil dalam hidupnya. Namun, ada saja dari kita yang berpikiran, bukankah setiap manusia dianugerahi sifat berbeda sehingga jalan yang harus ditempuh pun berbeda pula?

Ya, itu benar. Setiap manusia memang dianugerahi sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap diri kita memiliki keunikannya masing-masing. Ada yang begitu banyak memiliki sifat yang positif, seperti kecerdasan, kerendahan hati, mudah bergaul, keramahan yang tulus, dan sebagainya Chow Yun Fat muda memiliki semangat berapi-api dalam mengejar impiannya sehingga membuat hidupnya bisa dilalui dengan mudah, tenang, tanpa kesulitan yang berarti sehingga di satu titik bisa menggapai impian atau cita-cita di dalam hidupnya. Akan tetapi, ada pula manusia yang memiliki sejumlah sifat yang relatif biasa-biasa saja, sehingga harus ekstra keras di dalam menjalani kehidupannya dan memerlukan perjuangan yang lebih, agar bisa mewujudkan cita-cita serta impian hidupnya.

Tuhan Maha Adil. Dia telah memberikan kita semua sifat-sifat bawaan sejak lahir, yang sering dikatakan sebagai sifat genetik, yang antara lain diwariskan dari gen kedua orangtua kita. Bersyukurlah jika kita mewarisi sifat-sifat kedua orangtua yang penuh dengan kebaikan dan energi positif yang tiada habisnya. Kita harus memelihara sifat-sifat yang penuh dengan kebaikan ini dan terus mengembangkannya demi kemanfataan bagi orang banyak, dan pada akhirnya juga akan membawa dampak yang positif bagi diri kita sendiri. 

Bagi yang belum seperti itu, jangan lantas berkecil hati karena sifat bawaan tentunya masih sangat bisa diubah, sehingga semua manusia pada dasarnya bisa dan punya kesempatan yang sama untuk memiliki sifat yang positif agar mampu meraih cita-cita, impian, dan harapannya. Terus dan selalulah bersikap dan berpandangan positif kapan pun dan di mana pun.

Rudolf Dreikurs, psikiater dan pendidik kenamaan asal Austria, mengatakan, "Sikap positif tidak hanya akan mengubah hidup Anda, tetapi juga akan mengubah dunia Anda."

"Yakinlah bahwa cara pandang dan sikap mental yang positif akan menciptakan jauh lebih banyak keajaiban, ketimbang obat-obatan mana pun," demikian Patricia Neal, salah satu aktris terbaik Amerika pemenang Academy Award. 

Hal ini mengamini pandangan Epictetus, seorang filsuf Stoa Yunani, yang mengatakan, "Sungguh, sebenarnya bukan masalahmu yang mengganggumu, tetapi caramu dalam memandang masalah itu. Semuanya bergantung pada caramu memandang sesuatu..."

Epictetus mengetahui jika banyak manusia yang selalu saja mengeluh dan menyalahkan faktor-faktor di luar dirinya sebagai penyebab kegagalan hidupnya. Ini tentu saja tindakan yang tidak bijak. Leo Tolstoy berkata, "Setiap orang ingin mengubah dunia, tetapi tidak ada yang ingin mengubah dirinya sendiri." Dengan ini Tolstoy ingin berpesan kepada kita, jika ingin berubah maka ubahlah diri kita sendiri terlebih dahulu, ubah persepsi, sifat, kebiasaan, dan sebagainya menjadi ke arah yang lebih positif.

Kita mungkin sering menjumpai ada orang yang telah mampu meraih impiannya di usia yang masih kecil, masih remaja, dan relatif muda. Sebaliknya, banyak pula yang sudah berusia tua, tetapi masih saja belum mampu untuk mewujudkan cita-citanya. Sungguh, kehidupan memang dipenuhi banyak misteri. Namun, bagi yang ingin menyelaminya dan mengubah atau memperbaiki jalan hidupnya, sesungguhnya ada banyak faktor yang bisa dipelajari sehingga kita bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan di dalam hidup ini. 

Kita semua, tanpa terkecuali, seharusnya bisa mengenali diri kita sendiri. Kita harus mengenali apa saja sifat-sifat yang telah kita miliki, sifat-sifat yang ada sejak lahir, juga sifat-sifat yang kita peroleh di dalam pergaulan kita dengan manusia lainnya. Kita harus memilah mana sifat-sifat yang penuh kebaikan yang sudah kita punya dan mana sifat-sifat yang menjadi bagian dari kekurangan kita. Semua itu, pengenalan diri sendiri, merupakan modal utama agar kita bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Dalam mewujudkan impian dan harapan di dalam kehidupan, ada manusia yang bisa meraihnya dengan cepat dan mulus, ada yang lambat dan tertatih, ada pula yang gagal.

Dalam mengenal dan memahami dirinya sendiri, manusia juga berbeda-beda.Ada yang begitu cepat menyadari potensinya, menyadari dimana keistimewaan dalam dirinya, menyadari sifat-sifat positif dan negatif yang dimilikinya, memahami kecenderungannya, hobi dan kesukaannya, kekuatan serta kelemahannya, sehingga dia mampu dengan cepat menentukan arah dan hendak kemana jalan hidupnya.

Biasanya, manusia yang seperti ini akan mampu meraih apa yang diinginkannya dan apa yang dicita-citakannya. Sebaliknya, ada pula dari kita yang lambat dalam mengenal bagaimana dirinya sendiri. Yang seperti ini biasanya sejak awal tidak fokus dengan apa yang ingin dicapainya dalam hidup atau bahkan tidak memikirkan apa yang ingin diwujudkannya di dalam kehidupannya. Baginya, hidup hanyalah mengalir seperti air. Namun, dia tidak menyadari jika air pun sesungguhnya punya tujuan, yakni terus menuju tempat yang lebih rendah. Ini yang tidak terpikirkan olehnya.

Orang yang seperti ini akan terlena dengan kehidupan yang ada di sekelilingnya, menyia-nyiakan sang waktu yang tidak pernah berhenti berjalan, dan ketika secercah kesadaran mulai timbul, dia akan melihat dirinya sudah tidak lagi muda dan begitu banyak potensi dan kesempatan yang sudah terbuang sia-sia. Tidak ada manusia yang ingin seperti ini di dalam hidupnya bukan?

Cepat lambatnya kesadaran seseorang di dalam mengenali dirinya sendiri ditentukan oleh banyak faktor yang secara mudah kita sebut saja sebagai faktor internal maupun faktor eksternal.

Bagi orang yang mendapat banyak anugerah Tuhan berupa keistimewaan dalam sifat dan kepribadiannya, sepatutnya bersyukur. Sungguh beruntung, di antara miliaran manusia, ada yang dipercaya Tuhan untuk menghimpun sejumlah sifat yang positif di dalam dirinya, seperti memiliki sifat yang luwes, mudah bergaul, cerdas, pekerja keras, tidak mudah menyerah, ditambah lagi dengan dengan faktor nasib atau takdir yang bagus. Yang terakhir ini, nasib atau takdir, merupakan hak prerogatif dari Sang Maha Kuasa dimana manusia hanya bisa menerimanya. Orang yang seperti ini memang sangat sedikit. Namun kita janganlah berkecil hati jika tidak termasuk ke dalam orang seperti ini, karena dari orang-orang yang sedikit inilah, kita justeru bisa bercermin dan belajar banyak tentang segala hal. Bukankah banyak tokoh dunia yang masa kecilnya juga dijalaninya dengan susah payah, jatuh-bangun dan jatuh-bangun berkali-kali, hingga dia akhirnya mampu meraih kebahagiaannya?

Ada contoh bagus mengenai sosok manusia yang dianugerahi banyak keberuntungan di dalam hidupnya. Salah satunya, ada seorang tokoh nasional yang “sudah dari sananya” memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan manusia kebanyakan. Orang ini mempunyai otak yang sangat cerdas, pembawaannya juga luwes, rendah hati, suka menolong, dan lain sebagainya sehingga kehidupannya pun dijalaninya dengan relatif mudah dan cemerlang. Reputasinya diakui dunia. Lama dia berkarier di luar negeri, tetapi takdir akhirnya memanggilnya pulang kembali ke tanah air. Siapa yang mengira jika di tanah airnya, dia mendapat amanah menjadi wakil presiden dan kemudian menjadi orang nomor wahid di negeri ini. Kita tentu mengenalnya dengan baik.

Manusia dengan kombinasi keunikan seperti ini sangatlah langka. Bagi orang seperti ini, kesuksesan dalam meraih impian, cita-cita, dan harapan sepertinya sudah terpahat sejak kecil. Akan tetapi, janganlah kita yang “hanya” memiliki segala hal yang biasa saja sampai merasa minder atau kurang percaya diri. Sejarah telah mencatat jika banyak orang yang dengan kemampuan biasa-biasa saja, bahkan gagal berkali-kali, tetap bisa menjadi sukses.


Betapa banyak tokoh dunia yang di masa kecilnya malah hidup sangat prihatin, menyedihkan, bahkan harus melalui kegagalan demi kegagalan berulang-ulang, jatuh berkali-kali, tetapi berkat keuletan, sikap pantang menyerah, ketabahan, terus berjuang tanpa lelah, dan kuat menggenggam impian, harapan, serta cita-cita yang tinggi, dan tentu saja doa, akhirnya di suatu titik mereka mampu menjadi seperti apa yang diinginkannya dan dicita-citakannya. 

Ada jalan yang lurus dan mulus, ada pula jalan berliku-liku, naik turun, berkelok-kelok. Namun, jika tetap di dalam arah yang benar, akan tiba pula di satu titik yang sama, titik yang membahagiakan, dicita-citakan, dan yang diimpikan sejak lama.


Kisah hidup banyak tokoh dunia, orang-orang sukses yang meraih mimpinya di usia tertentu, mereka yang pada awalnya menemui kegagalan dan kegagalan, tetapi kemudian bisa meraih keberhasilan hidup. Hal tersebut telah memperlihatkan kepada kita bahwa jika kesuksesan hidup bukan semata-mata ditentukan oleh IQ yang tinggi atau otak yang encer, harta yang banyak, atau mengenyam pendidikan di sekolah favorit dan mahal, bukan karena semua itu, tetapi lebih karena adanya faktor-faktor lain yang jauh lebih menentukan sifatnya.

Andrie Wongso tidak memiliki ijazah SD. Namun, dia berhasil menjadi motivator ternama, penulis buku best seller, dan jutawan.


Bob Sadino

juga tidak punya ijazah SMP, tetapi dia menjadi pengusaha sukses. Alim Markus, tidak lulus SMP, tetapi malah punya 40 perusahaan besar. Dale Carnegie, penulis top dunia, juga bukan sarjana. Mereka semua meraih keberhasilan dengan jalan yang unik, dan tentu saja lewat perjuangan dan jatuh bangun yang tidak sedikit. Namun mereka tetap maju, bertahan, dan terus melangkah ke depan. Pada akhirnya, mereka bisa mencapai impiannya. 

Sukses itu sesungguhnya milik semua manusia. Hanya saja, kita diwajibkan untuk terus dan terus berusaha untuk bisa mewujudkan mimpi tersebut. 

Kita harus terus Bob Sadino, pengusaha sukses tanpa Ijazah SMP menggenggam harapan itu erat-erat dan jangan sampai melepaskannya sebelum kita berhasil menggapainya. Orang-orang sukses dunia telah memberikan kita pelajaran berharga agar kita menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.

Di antara kita ada yang terbiasa melihat dan memeriksa faktor di luar diri kita di dalam mengukur atau menilai langkah demi langkah untuk berjuang menggapai impian. Namun, seharusnyalah, dan mereka yang bijak selalu mengetahui langkah ini, sebelum kita melihat faktor di luar diri kita. Kita sebaiknya melihat terlebih dahulu faktor-faktor yang ada di dalam diri kita sendiri. Ini dapat dianalogikan seperti sikap seorang pengusaha yang ingin terjun ke dalam bisnis baru, dia harus memeriksa apa yang dimilikinya terlebih dahulu, seberapa modal yang dia miliki sebelum dia melangkah ke depan. Modal itu bisa berupa uang, pengetahuan atau informasi, jaringan persahabatan, barang atau jasa, dan sebagainya. 

Seorang manusia yang bijak akan selalu melihat ke dalam dahulu sebelum melihat keluar. Dia harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu dengan penuh kejujuran, apa yang dia anggap sebagai kelebihan dan apa yang dia anggap sebagai kekurangan. Dengan mengetahui apa kelebihan dan kelemahan diri kita sendiri, dapat diibaratkan kita sudah melakukan setengah perjalanan menuju gerbang kesuksesan.

Mengenal diri sendiri dengan baik adalah modal yang paling bagus dan paling berharga untuk melangkahkan kaki ke depan.

Filsuf Yunani, Aristoteles,mengatakan, "Memahami diri sendiri adalah awal dari semua kebijaksanaan..."

Filsuf Cina, Sun Tzu mengatakan, ”Kenalilah diri Anda sendiri, maka Anda akan bisa memenangkan semua pertempuran.” Saya teringat pada kisah tentang sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris, tahun 1000 M, di mana di makam itu terpahat tulisan panjang yang lebih kurang berbunyi:

"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja, Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku, Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku, Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri, Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."

Walaupun di dalam dunia ini tidak ada kata terlambat, sebelum ajal menjemput pastinya, namun mengenali diri sendiri sejak dini merupakan langkah yang sangat penting bagi kita, sebelum kita mulai melangkah keluar dalam perjalanan panjang menggapai keberhasilan.

Dengan mengenal diri sendiri, memahami potensi diri dengan segala kelebihan dan kelemahannya, kita telah memiliki modal yang lebih dari cukup untuk memulai perjalanan ini dan berjumpa serta berkenalan dengan dunia luas. Bukankah pendakian ke puncak gunung tertinggi selalu diawali dengan persiapan bagi diri kita sendiri terlebih dahulu, seperti pemeriksaan kesehatan, latihan stamina dan psikis, pembekalan informasi yang diperlukan, manajemen alat-alat pribadi, dan lain sebagainya?

Di dalam buku kecil ini, akan diuraikan empat fakor penentu yang dapat memengaruhi keberhasilan dalam kehidupan. Walaupun hanya empat, namun faktor-faktor ini sangat menentukan keberhasilan seorang manusia didalam meraih apa yang selama ini dia impikan, harapkan, dan citacitakan, di dalam keseluruhan hidupnya. Keempatnya adalah: 

Pahatan tulisan di sebuah makam Westminster Abbey, Inggris, tahun 1000 M

1. Acceptable

2. Capable

3. Hard work/ Never give up

4. Destiny


Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa pula"Destiny" diletakkan sebagai faktor menentukan yang paling akhir? Mengapa tidak di awal atau di tengah?

Dalam hal ini, Destiny memang berada di bagian paling akhir, karena sehebat dan sekuat apa pun doa dan usaha seorang manusia, sekeras dan segigih apa pun yang dilakukan kita, seulet dan secerdas bagaimana pun, walaupun sudah memenuhi ketiga syarat yakni Acceptable, Capable, dan Hardwork, maka tetap saja, pada akhirnya kehendak Tuhan jua yang pasti akan terjadi. Tuhan jua yang punya kuasa atas hasil akhir dari langkah-langkah kita semua. Sebagai manusia beriman, kita diajarkan untuk selalu berdoa dan berusaha sekeras dan segigih mungkin, tetapi pada akhirnya, di ujung jalan yang paling jauh, kita harus menyerahkan hasilnya dengan penuh keikhlasan kepada keputusan Hakim Yang

Terakhir, yakni Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Hanya Dia-lah yang Maha Tahu, apakah sesuatu itu baik bagi kita, atau sebaliknya, sesuatu itu buruk bagi kita. Sebab itu, setelah berusaha dan berjuang dengan keras, ikhlas adalah kata kunci bagi kita, hamba-hamba-Nya. Namun demikian, memang ada walaupun hanya sangat sedikit dengan hanya memiliki kemampuan acceptable tapi dengan destiny yang besar orang itu menjadi sukses.

Ikhlas, menerima segalanya, setelah berjuang dengan gigih, setelah berkali-kali gagal dan bangkit kembali, setelah melalui proses yang sulit dan melelahkan, adalah suatu keharusan bagi orang beriman. Di sinilah faktor Destiny berperan. Dan kita, sebagai hamba-Nya, harus meyakini jika ada suatu rahasia besar dari Tuhan, yang positif bagi kita, mengapa di hasil akhir kita harus begini atau begitu.

Di sini, saya sengaja memberikan banyak contoh perjalanan hidup dari orang sukses yang ada di sekeliling kita agar kita semua dapat belajar dari kisah hidup mereka, belajar dari kegagalan yang pernah mereka alami, belajar dari cara menyikapi dan bangkit dari kegagalan itu, belajar tentang semangat hidup, belajar mengenai berjuang dan berjuang lagi, demi meraih impian, cita-cita, dan harapan yang ada. 

John Naisbitt mengatakan, "Sungguh, kita tidak belajar dari kesuksesan, tetapi kita belajar banyak dari kegagalan..." 

Abraham Lincoln, salah satu pemimpin Amerika yang melegenda dengan sangat bijak menegaskan bahwa jika kita ingin berhasil maka kita harus mengubah paradigma terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sebagai halangan, ujian, atau tantangan. semua kisah keberhasilan ataupun kesuksesan nyaris selalu melewati jalan yang berliku panjang, melewati Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 (1861-1865) onak dan duri, dan berbagai macam tantangan, halangan, serta ujian. Semuanya itu dapat dilewati jika kita mampu untuk mengubah paradigma di dalam diri kita, agar selalu berpikir positif sehingga akan menghasilkan energi kebaikan yang dahsyat. 

Abraham Lincoln mengatakan jika kegagalan sama sekali bukan batu sandungan, namun batu loncatan, yang mampu membuat seseorang yang terus memelihara mimpi untuk bisa melompat lebih jauh dan lebih tinggi dalam mendekati impiannya. Batu sandungan adalah batu yang bisa menjungkalkan kita, tetapi batu sandungan juga adalah batu yang bisa membuat diri kita naik ke tempat yang lebih tinggi lagi. Paradigma dan senantiasa berpikir positif dalam melihat sesuatu, wajib dimiliki oleh mereka yang ingin berhasil di dalam hidupnya. Pikiran positif akan membangkitkan energi kebaikan yang tiada putusnya, sedangkan pikiran negatif akan terus-menerus menggerogoti segala kebaikan dalam diri kita hingga kita akan menjadi mayat sebelum datangnya kematian. 


"Jadilah kamu manusia yang pada saat kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu yang menangis; dan pada hari kematianmu, semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum bahagia...,"demikian pesanGandhi. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sikap sarjana profesional, Potensi diri serta menentukan tujuan hidup, Berpikir positif

Pola Kebebasan Finansial dari Robert T. Kiyosaki