17 Password Account Sukses Untuk Anda

17 Password Account Sukses Untuk Anda 

1. Apakah mental plus itu?


Mental, karakter, watak, atau kepribadian plus ialah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dan cepat bangkit apabila mengalami kegagalan, memiliki etos belajar dan etos kerja yang tinggi, berpikir positif terhadap orang lain, bersikap seimbang antara mengambil dengan memberi dalam hubungan stisial, dan memiliki komitmen atau tanggung jawab.

Sifat-sifat unggul seperti ini merupakan modal utama bagi setiap insan untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya, baik kesuksesan yang bersifat batiniah maupun lahiriah.

2. Bagaimana strategi mengembangkan mental plus?


Stephen R. Covey, penulis buku laris The 7 Habits of Highly Effective People (1997), menawarkan sudut pandang baru untuk meraih keberhasilan dalam hidup, yaitu sudut pandang “dari dalam ke luar”. Artinya, kita harus mulai dari diri sendiri untuk mengembangkan mental plus atau karakter yang unggul sebagai modal utama untuk meraih kesuksesan. Sesudah berhasil mengembangkan mental plus, kita baru bisa ‘memberi’, mengajak, atau membantu orang lain mengembangkan keunggulan karakternya. “Kalau kita ingin memiliki anak remaja yang lebih menyenangkan dan mau bekerja sama, jadilah orang tua yang penuh pengertian, berempati, konsisten, dan penuh kasih,” begitu kata-kata bijak Covey.

Apa yang dikatakan Covey itu juga senada dengan strategi 3M dai kondang AA Gym. M yang pertama, “Untuk membangun hal-hal yang baik, lingkungan yang ideal, mulailah dari diri sendiri!"

Menurut Gardner (1987), pengembangan mental plus ini berkaitan dengan usaha mengasah ketajaman kecerdasan personal. Kecerdasan personal berkaitan erat dengan kecerdasan sosial. Artinya, orang yang memiliki kecerdasan personal yang baik, berpeluang besar untuk mengasah kecerdasan sosialnya. Selanjutnya, orang yang memiliki kecerdasan sosial yang baik berpeluang besar untuk kesuksesan dalam kehidupan sosialnya.

3. Bagaimana peran mental plus dalam usaha meraih kesuksesan?


Perhatikan orang-orang yang sukses di hidang apa pun di sekitar kita. Kira akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa mereka memiliki mental, karakter, atau watak yang unggul. Mereka memiliki sifat-sifat atau sebagian besar sifat-sifat berikut: (1) religius, (2) bermoral, (3) rajin belajar, (4) rajin bekerja, (5) motivasi tinggi, (6) optimises, (7) ulet, (8) berpikir positif, (9) peduli, dan (10) berani ambil risiko.
Apa pun agama kita, kita akan sependapat bahwa sumber keberhasilan atau sukses hidup adalah Tuhan. Apabila mengalami kegagalan dalam usaha meraih sukses, batin orang yang religius akan tabah karena menganggap kegagalan sebagai ujian Tuhan. Ujian akan membuat kita semakin tabah dan pintar. Bagi orang yang tabah, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Di sinilah falsafah nrimo dalam budaya Jawa pas diterapkan, yaitu menerima kegagalan dengan batin tabah setelah berusaha secara maksimal (tipe orang yang tabah lebih suka menggunakan kata belum berhasil bukan tidak berhasil atau gagal).

Di pihak lain, apabila memperoleh kesuksesan orang yang religius akan bersyukur kepada Tuhan atas karunia-Nya itu. Rasa syukur ini akan mencegahnya menjadi orang yang takabur atau sombong. Orang yang sombong tidak atau kurang rendah hati. Orang yang tidak rendah hati tidak bisa belajar. Orang yang tidak selalu belajar tentang kehidupan akan kalah dalam kompetisi yang semakin berat. Orang yang kalah dalam kompetisi bukanlah orang yang sukses. Orang yang sukses dan bisa bersyukur akan semakin percaya diri bahwa dia akan dapat meraih kesuksesan berikutnya yang lebih besar.

5. Sejauh mana peran moral dalam meraih kesuksesan?


Sekitar pertengahan tahun 2005, dari media massa kita menyaksikan banyak berita tentang sejumlah mantan pejabat negara dan anggota DPRD yang ditangkap, diadili, dan dipenjara karena korupsi. Ketika masih menjabat, mereka begitu populer dan disanjung-sanjung. Moral yang rendah telah mencampakkannya ke jurang yang hina. Keluarga dan anak-anaknya ikut menanggung malu. Kesuksesan yang mereka raih semasa menjabat bersifat semu, tidak langgeng.

Hanya moral yang tinggilah yang mampu menjamin keberhasilan yang sesungguhnya, yang tahan lama. Ini sejalan dengan kata-kata bijak lama, “Harimau mati meninggalkan belang, orang mati meninggalkan nama.”


Sifat rajin belajar bukan hanya monopoli siswa atau mahasiswa yang ingin sukses dalam pendidikannya. Sifat ini juga menjadi syarat utama orang yang sudah bekerja dan ingin sukses.

Berbicara tentang sifat rajin belajar untuk siswa dan mahasiswa sudah biasa. Siswa dan mahasiswa harus rajin belajar kalau ingin mendapat nilai akademik yang tinggi. Bagi mahasiswa yang rajin belajar, bahkan ada bonusnya. Selain nilai akademiknya tinggi, mereka juga dapat mempersingkat waktu kuliahnya. Akan tetapi ada satu hal yang perlu diingatkan bagi siswa dan mahasiswa. Nilai akademik atau indeks prestasi (IP) tinggi saja tidak menjamin hidupnya akan sukses. Untuk terjun ke dalam kehidupan nyata yang penuh dengan persaingan keras, seorang siswa dan mahasiswa harus membekali diri dengan mengasah kecerdasan-kecerdasan lain, seperti keuletan, kemampuan mengendalikan emosi atau kecerdasan emosional, kemampuan bergaul atau kecerdasan sosial, kemampuan berkomunikasi atau kecerdasan bahasa, dan kemampuan bekerja sama (team work). Ini semua sulit diperoleh di ruang kelas atau ruang kuliah. Namun, semua ini mudah diperoleh dalam kegiatan ekstra kurikuler atau berorganisasi.

Bagi orang yang sudah bekerja dan ingin sukses dalam kariernya, sifat rajin belajar ini sangat vital. Karyawan yang memiliki naluri belajar yang tinggi akan bersifat rendah hari, tidak malu bertanya kepada rekan sejawatnya yang lebih tahu dalam rangka meningkatkan kemampuan teknisnya, bahkan membaca buku-buku baru yang berkaitan dengan profesinya.

Banyak karyawan perusahaan swasta yang terjebak pada orientasi gaji. Mereka sering hanya berpikir jangka pendek dan dengan ringan hati akan berpindah-pindah ke perusahaan lain yang berani menawarkan gaji lebih tinggi. Sebaliknya, ada pula karyawan yang mampu berpikir jangka panjang, berorentasi kepada karier jauh ke depan. Mereka baru mau pindah ke perusahaan lain apabila tidak ada lagi yang dapat dipelajari dari tempat kerjanya yang lama.

Prof. Buchori, ahli pendidikan Indonesia, pernah mengatakan Bahwa aktualitas ilmu dan teknologi seorang sarjana yang baru menyelesaikan kuliahnya hanya bertahan tiga tahun. Lewat waktu tiga tahun, ilmu dan teknologinya akan ketinggalan. Jadi, kalau ada karyawan yang sarjana, terlebih guru dan dosen, tidak memiliki etos dan kebiasaan belajar atau membaca, dapat dibayangkan betapa jauh mereka ketinggalan dari perkembangan ilmu dan teknologi.

Dari penjelasan di atas, kita akan sepakat bahwa sifat rajin belajar ini penting bagi siapa saja yang ingin sukses. Bagi siswa dan mahasiswa, fokus belajarnya adalah meningkatkan kemampuan akademiknya. Bagi karyawan atau wirausahawan, fokus belajarnya adalah meningkatkan kemampuan kerja atau kemampuan profesionalnya.


Jawaban pertanyaan ini seperti sudah merupakan sebuah dalil: rajin bekerja merupakan salah satu syarat mama untuk sukses. Ini dapat dibuktikan secara mudah dengan mengamati orang-orang yang sukses di sekitar kita. Orang-orang sukses itu adalah mereka yang rajin dan tekun bekerja.

Tidak ada orang sukses yang malas. Orang yang mempertaruhkan nasib keberuntungannya dengan berjudi pada dasarnya adalah orang yang malas bekerja.

Sayangnya sifat malas ini sudah menjadi penyakit kronis di Indonesia. Sifat malas, ditambah suka melemparkan tanggung jawab sosial dan menyalahkan orang lain, adalah penyakit berat yang melanda Indonesia dewasa ini. Dari sinilah dapat dijelaskan mengapa krisis multidimensi yang melanda Indonesia rak kunjung usai. Padahal, krisis yang sama yang melanda Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia dapat diatasi dalam waktu hanya dua tahun. Salah satu penyebabnya adalah mereka memiliki orang-orang yang rajin bekerja, bahkan banyak di antara mereka yang pantas digelari gila kerja atau workaholic.

Berkaitan dengan sifat rajin, gairah, atau antusias kerja ini, Henry Ford mengatakan, “Dengan antusiasme, Anda bisa melakukan apa saja! Tanpa antusiame tak ada cerita yang berbekas!" Kita percaya akan bobot kata-kata bijak Ford ini karena dia telah membuktikannya dalam kesuksesan hidupnya sebagai industriawan otomotif besar Amerika Serikat. Peninggalannya, seperti merek dagang Ford dalam bidang otomotif dan Ford Foundation yang banyak memberi bantuan dalam pembangunan kebudayaan dan beasiswa, terus dihormati orang sampai sekarang harus sukses seperti orang tuaku, syukur-syukur kalau dapat melampaui kesuksesan mereka!”

Kehidupan masa kecil yang sulit sering kali dapat dijadikan motivator yang dahsyat untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan. Banyak orang sukses di Indonesia yang memiliki latar belakang kehidupan yang susah di masa kecilnya.

Kesulitan masa kecil orang yang sukses sering dijadikan motivator untuk anaknya. “Contohlah Bapak. Dulu waktu kecil hidupnya susah sekali. Karena rajin belajar dan bekerja, sekarang dia bisa berhasil seperti ini!” Orang tua sukses yang masa kecilnya susah itu tak habis mengerti ketika anaknya menjawab, “Dulu ya dulu, Pak. Sekarang zamannya lain. Sekarang tak ada orang susah atau mau susah!” Percakapan ini mencerminkan realita bahwa keuletan dan motivasi untuk sukses dari generasi kedua dari orang sukses tidak sekuat orang tuanya. Dari sini pula bisa dijelaskan mengapa perusahaan-perusahaan keluarga yang sukses di Indonesia tidak bisa bertahan sampai generasi ketiga.

9. Benarkah sifat optimistis berperan penting dalam meraih kesuksesan?


Sifat optimistis jelas sangat berperan dalam meraih kesuksesan atau keberhasilan hidup. Orang yang optimistis adalah orang yang yakin bahwa hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok akan lebih baik daripada hari ini. Dia memiliki keyakinan atau kepercayaan diri yang kuat untuk mewujudkan hal itu.

Sebaliknya, orang yang pesimistis sering kali memiliki potensi yang dahsyat, tetapi prestasi kehidupannya jauh di bawah standar potensinya itu. Orang yang pesimistis menatap ke depan dengan kacamata kehidupan yang buram. Dia sering kurang percaya diri bahwa dia mampu melakukan sesuatu. Padahal, di mata orang lain hal itu mudah menurut standar potensi yang dimilikinya.

Orang yang optimistis menyikapi kesulitan sebagai tantangan yang bisa ditaklukkan. Dia juga mampu memandang sebuah kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda.

Sifat optimistis bisa memperkuat energi pemiliknya. Sifat optimistis bisa menambah keuletan pemiliknya dalam perjuangan meraih sukses.

10. Apakah sifat tangguh itu berperan penting dalam meraih kesuksesan?


Stoltz (2000) mengatakan bahwa kecerdasan tahan banting, keuletan, atau ketangguhan itu sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya.

Setiap menghadapi kesulitan, orang yang ulet akan berpikir bahwa hal itu adalah ujian dari Tuhan. Dia percaya Tuhan memberikan ujian yang tidak melebihi batas kemampuannya. Dia pun percaya bahwa orang yang telah lulus ujian pasti menjadi lebih pintar dan lebih percaya diri dibanding sebelumnya.

Orang yang ulet selalu dapat mengambil hikmah dari setiap ujian atau kesulitan yang dihadapinya. Orang yang ulet juga cepat bangkit dari setiap kegagalan yang dialaminya.

Orang yang ulet umumnya juga bersifat sabar atau tawakal bila sedang mendapat cobaan atau kesulitan. Dia berserah diri kepada-Nya dan memohon kekuatan baru untuk mengatasi kesulitan itu.

11. Benarkah berpikir positif melapangkan jalan menuju kesuksesan?


Berpikir positif tentang orang lain merupakan modal utama untuk membangun kerja sama atau kerja tim dengan orang lain. Tidak ada kerja sama yang dapat dibangun tanpa saling percaya dan menghargai. Kerja sama itu sendiri merupakan kendaraan supercepat untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan.

Lawan berpikir positif adalah berpikir negatif. Orang yang suka curiga kepada orang lain termasuk orang yang terbiasa berpikir negatif. Orang yang suka meremehkan atau memandang rendah potensi orang lain termasuk orang yang terbiasa berpikir negatif. Pikiran negatif dapat mengurung seseorang sehingga sulit berhubungan dengan kesuksesan.

Pakar psikologi mengatakan bahwa berpikir, berucap, dan bertindak negatif itu menguras energi seseorang 99 kali lebih besar dibanding berpikir, berucap, dan bertindak positif.

Pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan ilustrasi berikut. Misalnya, kita pernah menghina rekan kerja kita. Beberapa waktu setelah kejadian itu, kita baru tahu bahwa dia adalah keponakan bos kita. Ketika mengetahui hal itu, hati kita berdebar-debar, khawatir dia akan membalas lewat tangan pamannya atau bos kita. Kekhawatiran itu berlarut-larut, berhari-bari terbawa pulang, sehingga kita sulit tidur. Karena beberapa hari kurang tidur, ditambah berbagai tekanan batin lain sebagai akibat sikap negatif terhadap orang, kesehatan kita terganggu dan prestasi kerja kita pun menu run. Ketika kesehatan dan prestasi kerja kita sedang menu run, tiba-tiba di tempat kerja kita sedang ada proses seleksi promosi jabatan. Walhasil, dalam seleksi dan kompetisi yang sebenarnya terbuka, jujur, dan adil itu kita kalah dari kompetitor kita. Kompetitor yang menang itu akhirnya ditetapkan menjadi atasan baru kita. Lebih celaka lagi, kompetitor yang menjadi atasan baru kita itu adalah rekan kerja yang pernah kita hina dahulu. Nah, sekarang bekerja rasanya seperti di atas bara api! Rugi kan menghina orang?

Coba dulu kita tidak menghina tetapi memuji dia. Keadaan bisa berbcda. Sayang, nasi sudah menjadi bubur.

12. Benarkah sifat peduli dapat mendekatkan kita pada kesuksesan?


Kalau kita memiliki sifat peduli yang tinggi kepada sesama dan lingkungan, kita tidak merugi tetapi justru beruntung. Contoh peduli atau perhatian yang paling sederhana misalnya, walaupun tergesa-gesa, ketika berpapasan dengan tetangga, kita memberi senyum. Kesan simpati mi akan terpelihara di hati tetangga kita itu. Pada suatu saat tetangga itu mendapat peluang bisnis. Dia ingat kita dan akhirnya menawarkan kerja sama kepada kita. Bukankah kerja sama ini peluang untuk menuju kesuksesan!

Berikut ini adalah contoh sifat peduli yang lebih besar. Pada suatu saat, kita menolong orang yang belum kita kenal, yang mendapat musibah kecelakaan lain lintas. Orang itu mendapat luka yang serius dan kalau tidak mendapat pertolongan segera akan membahayakan nyawanya. Kita bawa orang itu ke nimah sakit. Kita pun bersedia menjadi penanggungjawabnya dengan mendepositkan sejumlah uang tertentu. Sebab, dewasa ini banyak rumah sakit yang baru m;iu memberikan pertolongan gawat darurat kalau si korban ada yang menanggung dan menyetorkan sejumlah uang deposit. Pertolongan tidak berhenti sampai di sini. Berandal identitas yang ada pada diri korban, kita dan keluarganya. Keluarganya kita temukan dan kebetulan kurang mainpu. Keluarga itu mengucapkan terima kasih, tetapi memohon agar uang yang kita depositkan itu dijadikan piutang lebih dahulu. Nah, di sini sifat peduli kita diuji.

Dalam menghadapi ujian terhadap sifat-sifat kepedulian kita, ada ungkapan bijak dari dunia pertanian, ‘‘Siapa yang menanam akan menuai.” Kalau kita menanam bibit padi, memeliharanya dengan baik, kita akan menuai padi yang bernas. Kalau kita suka menanam budi baik, suka menolong orang, Tuhan akan mengatur orang lain untuk menolong kita ketika kita sangat memerlukan pertolongan. Pertolongan itu kadang lewat misteri Tuhan: orang yang menolong kita bukan orang yang pernah kita tolong. Mungkin saja keturunan kita yang sering ditolong orang ketika dia mendapat kesulitan.

Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kalau kita memiliki sifat terpuji, yaitu suka peduli, menolong, atau memberi, kita tidak akan kehilangan tetapi justru didekatkan kepada keberhasilan hidup.

13. Apakah sifat berani mengambil risiko penting untuk meraih kesuksesan?


Para pembaru atau inovator dan para pembuka usaha atau entrepreneur yang sukses memulai usahanya dengan sifat berani ambil risiko gagal atau bangkrut. Orang yang berani mengambil risiko bukan orang yang nekat atau ngawur. Setelah membuat perhitungan yang cermat, dia berani memulai dan siap gagal.

Dari media massa sering kita saksikan bahwa dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) terlihat banyak orang yang baru siap menang, tetapi belum siap gagal atau kalah. Lebih celaka lagi, mereka yang belum siap gagal itu sering merusak fasilitas-fasilitas publik. Dari contoh ini dapat disimpulkan betapa pentingnya keberanian mengambil risiko dan siap gagal dalam meraih kesuksesan. 

Dengan perhitungan yang matang, berani memulai dan mengambil risiko, dilengkapi dengan ketekunan dan keuletan, ditambah dengan izin Tuhan, banyak pembuka usaha yang sukses. Sebaliknya, tidak ada orang yang sukses kalau tidak berani mengambil risiko dan memulai.

14. Apa kendala utama untuk mengembangkan mental plus?


Ada dua kendala utama untuk mengembangkan mental plus, yaitu sifat malas dan ingin jalan pintas. Salah satu musuh terbesar manusia ialah sifat malasnya. Kalau kita amati orang-orang yang sukses di sekitar kita, kita langsung mudah menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki sifat malas secuilpun. Orang yang sukses adalah orang yang rajin belajar dan bekerja.

Tentu pengertian rajin belajar ini tidak sebatas belajar lewat jalur pendidikan formal, seperti S1 hingga S3. Pengertian belajar juga dapat diartikan langsung terjun ke kawah candradimuka kehidupan. Misalnya, pemuda yang bekerja di bengkel mobil untuk belajar keterampilan teknis otomotif maupun manejemen pengelolaan bengkel. Setelah merasa ilmu dan keterampilannya memadai, dia keluar dari bengkel tempat kerjanya dan memulai usaha bengkel sendiri.

Kendala kedua untuk mengembangkan mental plus adalah godaan untuk menempuh jalan pintas guna mencapai kesuksesan. Pengaruh kehidupan glamor yang dipertontonkan televisi dan kecepatan para selebriti meraih kehidupan glamor tersebut banyak menggoda kaum muda, bahkan juga orang-orang dewasa. Kalau ada jalan pintas atau jalan tol, mengapa harus lewat jalan biasa?

Logika pendek seperti inilah yang telah menyesatkan banyak orang. Kesesatan inilah yang telah mengikis sifat-sifat unggul, seperti semangat belajar, semangat kerja, dan ketabahan menghadapi tantangan. Karena sifat-sifat unggul ini sudah menipis, yang ada dalam pikiran sebagian orang adalah jalan pintas yang negatif. Bentuk jalan pintas yang negatif itu misalnya ingin kaya dengan jalan korupsi, membeli ijazah aspal, atau membeli jabatan.


15. Bagaimana peran pendidikan formal dalam pengembangan mental plus


Sesungguhnya sampai saat ini tidak ada mata pelajaran atau mata kuliah ‘pengembangan mental plus’. Banyak orang yang berharap beberapa mata pelajaran atau mata kuliah seperti agama dan PPKn dapat berperan dalam pengembangan mental plus atau mental unggul para siswa dan mahasiswa. Dalam kenyataan, beberapa mata pelajaran dan mata kuliah yang seharusnya bertanggung jawab pada pengembangan mental unggul itu berubah menjadi sekadar mata pelajaran dan mata kuliah penyampai ilmu pengetahuan. Dalam bahasa ahli psikologi pendidikan, Bloom, mata pelajaran dan mata kuliah ini baru menyentuh aspek kognisi, belum mampu menyentuh aspek afeksi dan motorik. Akibatnya tidak sulit ditebak, mental atau karakter sebagian besar para lulusan sekolah dan perguruan tinggi kita belum berhasil menyentuh predikat unggul. Inilah salah satu sebab mengapa posisi SDM Indonesia menduduki peringkat yang sangat menyedihkan dalam perbandingan dengan bangsa lain.

Setelah membabas kelemahan pengembangan mental plus dalam pendidikan kita, pertanyaan yang lebih penting adalah ‘Bagaimana mengatasi kelemahan pengembangan mental plus dari pendidikan formal ini?’ Ada dua jawaban. Pertama, mata pelajaran dan mata kuliah yang memang bertanggung jawab atas pengembangan mental unggul itu kembali ke esensinya. Tujuan esensial mata pelajaran atau mata kuliah agama, misalnya, adalah mengembangkan mental religius para siswa dan mahasiswanya. Pengetahuan agama sekadar sebagai penunjang untuk mencapai tujuan yang esensial itu. Kedua, semua mata pelajaran dan mata kuliah menyelipkan pengembangan mental unggul itu secara halus dan padu sebagai tambahan mata pelajaran dan mata kuliah itu. Dengan tambahan ini, semua mata pelajaran dan mata kuliah bisa lebih menarik bagi siswa dan mahasiswa serta menjadi lebih terkait dengan kehidupan nyata.

Peluang jawaban kedua di atas besar karena sejalan dengan tujuan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 yang antara lain mengharuskan agar kompetensi kepribadian dan kompetcnsi sosial para guru dan dosen dikembangkan secara cepat (Hanya diberi toleransi 10 tahun sejak undang-undang ini diberlakukan).

16. Bagaimana peran hegiatan ekstrakurikuler dalam pengembangan mental plus?


Barangkali kita sebagai pembaca artikel ini memiliki peran sebagai orang tua, guru, dosen, pelajar, atau mahasiswa. Apa pun peran kita, mari membahas topik ini karena manfaatnya sangat besar bagi pengembangan mental unggul.

Dalam sistem dan praktik pendidikan kita, belum banyak orang yang menyadari bahwa kegiatan eksrrakurikuler sangat bagus bagi pengembangan mental atau kepribadian siswa dan mahasiswa. Pengembangan mental yang berhasil semasa pendidikan sangat menentukan keberhasilan masa depan siswa dan mahasiswa. Kita ambil contoh kegiatan ekstrakurikuler musik dan pentasnya.

Kegiatan musik bisa merangsang pertumbuhan otak kanan siswa dan mahasiswa. Kalau otak kanan bisa berkembang seimbang dengan otak kiri (yang sudah menjadi fokus hampir semua mata pelajaran dan mata kuliah), kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas siswa dan mahasiswa akan tumbuh optimal dan unggul. Contoh tokoh yang sering disebut memiliki keseimbangan pertumbuhan otak kanan dan otak kiri adalah pemenang hadiah Nobel bidang fisika, Albert Einstein.

Mengorganisasi kegiatan pentas musik (pcnsi) sangat bagus untuk mengembangkan mental plus. Mengorganisir pensi memberi siswa dan mahasiswa kesempatan untuk berlatih membangun kerja sama tint, mengatasi kekhawatiran gagal, mengatasi setiap kesulitan dalam persiapan, dan mengatasi ketegangan saat pelaksanaan pentas.

Mental yang terlatih dalam pensi, dalam kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler, dan dalam organisasi itu sangat bermanfaat ketika siswa dan mahasiswa telah menyelesaikan pendidikannya dan terjun dalam kehidupan nyata yang penuh kompetisi keras.

17. Bagaimana pengembangan mental plus di lingkungan kerja?


Bagi kita yang sudah bekerja, pengembangan mental plus lebih menarik dan menantang. Mengapa? Karcna lingkungan kerja kita ibarnt pusat pelatihan yang keras. Siapa yang tumbuh kuat akan lolos dari kerasnya pusat latihan. Siapa yang tidak lolos, yang bermental lembek, tidak akan menjadi apa-apa.

Siapa yang lolos dari pusat pelatihan yang keras, akan menjadi karyawan, pimpinan, atau wirausahawan yang tangguh yang siap memenangkan kompetisi di lingkungan kerja atau usaha.

Bayi Gatot kaca dalam kisah pewayangan yang diceburkan ke kawah candradimuka yang mendidih tumbuh menjadi pemuda sakti sehingga bisa mengalahkan raksasa jahat yang memorakporandakan kahyangan.

Lingkungan kerja yang mengandung banyak intrik, kompetisi yang kadang kala tidak jujur, wabah KKN, dan sebagainya adalah pusat latihan yang keras. Kalau kita lulus ujian, mental kita tumbuh unggul. Kalau mental kita unggul, karier, keberhasilan, atau kesuksesan akan menanti kita.

Postingan populer dari blog ini

Sikap sarjana profesional, Potensi diri serta menentukan tujuan hidup, Berpikir positif

Tak Ada yang Tak Mungkin Jika Anda Percaya Maka Ada Jalan Untuk Menempuhnya

Modal Utama Untuk Meraih Kesuksesan Dalam Menggapai Impian